SAPITAN SEBAGAI MAKANAN TRADISIONAL KHAS PEKALONGAN

Budi Riyanto, Fitri Abdillah

Abstract


Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui filosofi, sejarah, budaya, cara membuat, dan memperbaharui kemasan Sapitan yang merupakan salah satu kuliner di Pekalongan agar dapat dikenal oleh masyarakat luas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara kepada pemerintah, masyarakat, dan pembuat sapitan. Lalu membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi. Dari penelitian ini ditemukan kalau sapitan tercipta antara akhir abad 18 atau awal abad 19. Sapitan tercipta karena pengaruh budaya dari Yogyakarta karena rasanya yang cenderung lebih manis. Sapitan merupakan perubahan dari makanan Yogyakarta yang bernama sanggar. Yang merupakan salah satu makanan yang digemari oleh Raja-raja jaman dulu yang menjadi kegemaran Sri Sultan Hamengkubuwono VIII hingga Sri Sultan Hamengkubuwono X. Nama sapitan memiliki arti daging yang dijepit, dan menggunakan batang pepaya sebagai penguncinya yang memiliki arti sebagai tolak bala. Dengan memperbaharui kemasan sapitan menjadi lebih kekinian diharapkan dapat meningkatkan daya belinya. Agar dikenal secara luas dan banyak dikonsumsi sampai ke luar Kota Pekalongan. Karena sapitan merupakan salah satu makanan khas Pekalongan yang perlu dipertahankan budayanya untuk mempertahankan kearifan budaya lokal.


Keywords


Kata kunci: Sapitan, Makanan Tradisional, Gastronomi

Full Text:

PDF

References


Brillat-Savarin, J. A. (1914), The Physiology of Taste, Penerjemah: A. Drayton, Harmondsworth: Penguin.

Gottschalk, Louis (1975), Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hasbullah (2005), Pengolahan Pangan. Sumatera Barat: Dewan Ilmu Pengetahuan Teknologi an Industri Sumatera Barat.

Koentjaraningrat (2015), Kebudayaan Mentalitas Dan pembangunan, Jakarta: Kompas Gramedia.

Moleong, L. J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Palupi, S. (2016), Naskah Potensi Wisata Kuliner dan Spa. Jakarta: Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata.

Prihatini, R. I. (2008), Analisa Kecukupan Panas Pada Proses Pasteurisasi Santan. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Sugiono (2010), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugono, Dendy (2008), Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Turgarini, Dewi & Abdillah, Fitri (2016), Local Culinary: Tourist Attractions Vs Cultural Identity. Bali: Promoting Cultural & Heritage Tourism.

Widadio, N. A. (2014), Menparekraf: Perkembangan Pariwisata Indonesia Paling Bagus. Kompas. http://travel.kompas.com/read/2014/04/02/0949478/Menparekraf.Perkembangan.Pariwisata.Indonesia.Paling.Bagus




DOI: https://doi.org/10.32528/sw.v2i2.2680

Copyright (c) 2019 Sadar Wisata: Jurnal Pariwisata

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

Related Issue

View My Stats