PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PEWARNA ALAMI KAIN BATIK DENGAN FIKSASI

Nurul Nofiyanti, Ismi Eka Roviani, Rina Dias Agustin

Abstract


Indonesia adalah salah satu penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Cangkang sebagai salah satu limbah dari pengolahan kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pewarna cokelat alami. Dalam proses pewarnaan kain batik, perlu dilakukan fiksasi untuk mempertahankan warna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisik dan organoleptik kain batik setelah dilakukan pewarnaan menggunakan pewarna alami cangkang kelapa sawit. Penelitian ini menggunakan dua faktor (2 kali ulangan). Faktor-faktor yang digunakan yaitu metode mordanting (pemanasan 1 jam dan pendiaman 24 jam) dan jenis fiksator (jeruk, kapur, dan tawas). Pembuatan pewarna alami dilakukan secara ekstraksi dengan pelarut air (100 oC, 1 jam). Selanjutnya dilakukan proses fiksasi. Data dianalisa dengan menghitung rata-rata dan standar deviasi. Nilai lightness kain batik berkisar antara 71 sampai 88. Nilai hue angle berkisar antara 120 sampai 153. Sampel M1F2 (mordanting pendiaman 24 jam, fiksator kapur) adalah sampel yang paling disukai, sedangkan sampel M2F2 (mordanting 1 jam, fiksator kapur) adalah sampel yang tidak disukai. Sampel M2F2 memiliki lightness 88,3, hue angle 120,14 (yellow), dan tahan dari uji ketahanan gosok.  Penggunaan metode mordanting dan jenis fiksator berpengaruh terhadap pewarnaan kain batik. Metode mordanting 24 jam dan fiksator kapur direkomendasikan dalam pewarnaan kain batik menggunakan pewana alami cangkang kelapa sawit berdasarkan uji kesukaan dan sifat fisik kain batik yang dihasilkan.

 

Kata kunci: Batik, Cangkang Kelapa Sawit, Pewarna Alami

Full Text:

PDF

References


Akhmad Sofwan. (2015). ”Belajar PHP dengan Framework CodeIgniter”, [online] Available : http://mcd.bis.telkomuniversity.ac.id/file/CodeIgniter/belajar-php-dengan-framework-code-igniter.pdf.

Agustina, H. 2006. Land Apllication Sebagai Alternatif 3R Pada Industri Kelapa Sawit. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun. http://menlh.go.id. [diakses pada 06 Juni 2018].

Bechtold T, Rita Mussak. 2009. "Handbook of Natural Coloranst". Leopold-Franzens University : Austria.

BPS, Biro Pusat Statistik. (2015). Nilai Produksi dan Biaya Produksi per Hektar Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dan Tebu. http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1853. Jakarta: BPS

[BSN] Badan Standarisasi Nasional., 2014. SNI 7182:2015, “Kelapa sawit”, Badan Standar Nasional.

Handayani, P.A., dan Maulana, I. (2013). Pewarna alami batik dari kulit soga tingi (Ceriops tagal) dengan metode ekstraksi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. 2(2): 1-6.

Hutching, J.B. 1999. Food Color and Apearance.Aspen publisher Inc., Maryland.

Roetjito, dkk. Teori Pengujian Tekstil 1, DMPK Jakarta, Depdikbud, 1979.

Pardamean, Maruli., (2014), Mengelola Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Profesional, Jakarta: Penebar Swadaya .

Paryanto, Purwanto, A., Kwartiningsih, E., dan Mastuti, E. 2012.Pembuatan Zat warna Alami dalam Bentuk Serbuk untuk Mendukung Industri Batik di Indonesia. Jurnal Rekayasa Proses, 6(1): 26-29.

Suheryanto, D dan Haryanto, G. (2008). Pengaruh konsentrasi tawas terhadap ketuaan dan ketahanan luntur warna pada pencelupan kain sutera dengan zat warna gambir. Dinamika Kerajian dan Batik. (25): 9-16.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulaeman. (2000). Peningkatan Ketahanan Luntur Warna Alam Dengan Cara Pengerjaan Iring. Yogyakarta: Balai Besar Kerajianan Dan Batik.

Tocharman, M. 2009. Seri Pembelajaran. Diklat/BIMTEK KTSP DIT. Pembinaan SMA : DEP-DIKNAS.




DOI: https://doi.org/10.32528/ijhs.v0i0.1522

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




View My Stats