PENGARUH POLA PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA BALITA (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Sumberjambe, Kasiyan, dan Puskesmas Sumberbaru Kabupaten Jember)

Farah Danita Rahman

Abstract


Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan oleh adanya malnutrisi asupan zat gizi maupun penyakit infeksi yang bersifat kronis. Kejadian tersebut terjadi secara berulang ditunjukkan dengan nilai Z-Score tinggi badan menurut usia (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) berdasarkan standar WHO. Penyebab langsung diantaranya adalah asupan makanan dan keadaan kesehatan, sedangkan penyebab tidak langsung meliputi ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh (pola pemerian makanan anak), sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pola pemberian makanan terhadap kejadian stunting pada anak balita. Jenis penelitian ini observasional analitik dengan rancangan case control. Populasi penelitian sebanyak 12.459 balita dan sampel penelitian sebesar 142 responden (71 kasus dan 71 kontrol) Analisis data dilakukan secara bivariat menggunakan uji Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan besaran risiko pada pola pemberian makan sebesar 5,1 yang artinya keluarga yang menerapkan pola pemberian makan yang baik pada balita akan mengurangi risiko stunting. Uji analisis menunjukkan nilai koefisien pengaruh sebesar 1,7 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang searah antara pola pemberian makan terhadap kejadian stunting.

 

Kata kunci : Pola Pemberian Makanan, Stunting, Balita


Full Text:

PDF

References


Damayanti, R. A., Lailatul, M., dan Farapti. 2016. Perbedaan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif pada Balita Stunting dan Non Stunting. Jurnal Media Gizi Indonesia: 11(2): 61-69.

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2015. Data Hasil PSG. Jember: Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.

El-Taguri, A., Ibrahim, B., Salah, M. M., dan Abdel, M. A. 2008. Risk Factors for Stunting Among Under-fives in Libya. Jurnal: Public Health Nutrition, 12(8):1141-1149.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehtan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Standar Antropoemetri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehtan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Presiden Republik Indonesia. 2012. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Lestari, W., Margawati, A., dan Rahfiludin, M. 2014. Faktor Risiko Stunting pada Anak Umur 6–24 Bulan di Kecamatan Penanggalan Kota Subussalam Provinsi Aceh. Jurnal Gizi Indonesia, 3(1), 37–45. http://ejournal. undip.ac.id/index.php/jgi/article/download/8752/7081. [Diakses pada 1 Desember 2017].

Manuaba, I. G. B. F. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Rahmayana, Irvani, A. I., dan Dwi, S. D. 2014. Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan di Posyandu Asoka II Wilayah Pesisir Kelurahan Barombong Kecamatan Talamate Kota Makasar Tahun 2014. Al-Sihah: Public Health Science Jurnal: 4 (2). ISSN 2086 – 2040.

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2011. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Sudirman, H. 2008. Stunting atau Pendek: Awal Perubahan Patologis atau Adaptasi karena Perubahan Sosial Ekonomi yang Berkepanjangan. Media Litbang Kesehatan; XVIII.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method) Cetakan Ke-8. Bandung: Alfabeta.

Supariasa, I. D. N., Bakri, B., dan Fajar, I. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

WHO. 2010. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profile Indicators: Interpretation Guide. Switzerland: WHO Press.




DOI: https://doi.org/10.32528/the.v10i1.1451

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




View My Stats