Dimensi Kearifan Lokal dalam Novel Laskar Pelangi
Abstract
Kearifan lokal sering kali diartikan sebagai sebuah warisan budaya. Kearifan lokal dapat terbentuk melalui interaksi antar individu dalam suatu masyarakat dengan lingkungan tempat tinggalnya. Kearifan lokal secara teoritis mengandung tiga dimensi utama, yaitu pengetahuan, nilai, dan kepemimpinan. Ketiga dimensi tersebut sangat penting untuk diwariskan kepada generasi muda. Pewarisan kearifan lokal dalam novel Laskar Pelangi disosialisasikan melalui orangtua dan tokoh masyarakat. Oleh karena itu, proses sosialisasi kearifan lokal disampaikan melalui kekuasaan yang berbeda antara generasi muda, orang tua, dan tokoh masyarakat. Guna mengungkapkan dimensi kearifan lokal yang disosialisasikan oleh individu yang memiliki kuasa, maka peneliti menggunakan teori wacana kritis. Teori wacana kritis memnadang sebuah teks (novel) bagian dari interaksi sosial dan kebudayaan. Oleh karena itu, pengarang dalam menulis novel menginterpretasi pristiwa sosial ke dalam novelnya.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan berupa kajian teks. Kajian teks dalam penelitian ini menggunakan model analisis data Fairlough. Luaran dalam penelitian ini adalah berupa laporan penelitian, eksplorisasi kearifan lokal, sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra terutama untuk membentuk karekter peserta didik melalui budaya kearifan lokal. Kemudian penelitian ini ditargetkan dipublikasikan dalam jurnal terakreditasi. Jurnal terakreditasi yang menjadi target adalah Belajar Bahasa.
Dimensi kearifan lokal dalam novel Laskar Pelang diungkapkan dengan tiga dimensi. Ketiga dimensi tersebut adalah (a) dimensi pengetahuan lokal yang terdiri dari cerdas cermat sebagai media untuk meningkatkan harkat dan martabat sekolah dan pengetahuan tentang guru linguasalnya, (b) dimensi nilai lokal yang dipercaya oleh masyarakat terdiri dari nilai lokal Islam dan nilai semangat dalam menempuh pendidikan formal, (c) dimensi mekanisme pengambilan keputusan lokal yang dijalankan oleh masyarakat terdiri dari kepala sekolah sebagai pengamil keputusan dan orang pintar sebagai pengambil solusi.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Sedyawati, E. (2006). Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Endraswara, S. (2012). Teori Pengkajian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: UNY Press
Eriyanto. (2005). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS
Fairclough, N. (1989). Language and Power. London: Longman.
Fauzan, U. (2014). Analisis Wacana Kritis dari Model Fairclough Hingga Mills. Jurnal Pendidik, 6 (1), https://www.academia.edu/13372775/.
Fuadi, A. (2009). Negeri 5 Menara. Jakarta: Gramedia.
Geertz. (2007). Local Wisdom in Education. Journal of Education. .http://www. ied.edu.hk/cric/
Halliday M.A.K, & Hasan R. (1992). Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotika Sosial. Terjemahan Asruddin Barori Tou. Yogyakarta: gadjah Mada University Press. 1980.
Harmoni. (2010). Jurnal Multikultural dan Multireligius, volume IX nomor 34, Puslitbang Kehidupan keagamaan Badan Litbang. Jakarta
Hirata, A. (2015). Laskar Pelangi. Bandung: PT Bentang Pustaka
Kriyantono, R. (2014).Teori Public Relations Perspektif Barat Dan Lokal: Aplikasi Penelitian dan Praktik. Jakarta: Kencana.
Kuncoro B, Sanie. (2014). MaYan. Bandung: PT Bentang Pustaka
Mitchell. (2003). Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Nurgiyantoro, B. (2010). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Santoso, A. (2006). Bahasa, Masyarakat, dan Kuasa: Topik-topik Kritis dalam Kajian Ilmu Bahasa. Malang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3)
Santoso, A. (2012). Studi Bahasa Kritis, Menguak Bahasa Membongkar Kuasa. Bandung: Mandar Maju.
Sayuti, S. (2017). Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Cantrik Pustaka.
Somadayo, S. (2011). Strategi dan Tehnik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suhartini. (2009). Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. http://staff.uny.ac.id
Sumardjo, J. (1999). Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. Bandung: Alumni
Tarigan, H. G. (1986). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Tarigan, H. G. (1995). Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. (2003). Sastra dan Ilmu Sastra,Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Van Dijk, T. A. (1995). Discourse Analysis as Ideology Analysis. Dalam Christina Schoaffner and Anita L(Ed). Language and Pace (17ˉ33). USA: Dartmouth.
Van Dijk, T. A. (2006). Ideology and Discourse Analysis. Journal Political Ideologies, 11 (2), http://www.discourses.org.
Wagiran. (2012). Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu Hayuning Bawana (Identifikasi Nilai-nilai Karakter Berbasis Budaya).Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Wellek, R., & Warren, A. (2016). Teori Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia.
DOI: https://doi.org/10.32528/bb.v6i2.4953
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Address:Jl. Karimata No. 49 Jember-Jawa Timur-Indonesia
Phone & Fax:(0331)336728 | 337957
Email:belajarbahasa@unmuhjember.ac.id