Mengkubur Ari-Ari, Menumbuhkan Toleransi: Semangat Menghormati Hidup di Tengah Tegangan Identitas Komunitas antar Agama
Abstract
Kata toleransi semakin reduksionis paska serangan di tiga gereja di Surabaya Mei 2018 lalu karena secara definitif hanya dapat terjadi pada relasi komunitas antar umat beragama. Padahal hal tersebut mereduksi definisi melalui syarat hadirnya warga agama dan bukan yang lebih luas yaitu sesama manusia atau bahkan yang lainnya. Definisi yang lebih luas sebenarnya telah dikreasikan dan lama hinggap dalam realitas simbolik pada masyarakat tapal kuda Jawa Timur melalui tradisi menanam ari-ari bayi sebagai bentuk toleransi perasaan tulus (passion) pada bayi sebagai cikal bakal manusia dan juga non manusia yaitu plasenta sehingga keduanya harus diberi perlakuan kehangatan yang sama. Tulisan ini hendak meredefinisi ulang kata toleransi agar tidak menjadi sempit ketika dia seharusnya menumbuhkan perassan tulus tanpa harus disisipi syarat identitas komunitas tertentu.
Keywords
toleransi; simbolik; master discourse; passion
Full Text:
PDFCopyright (c) 2020 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER : COMMUNITY PSYCHOLOGY SEBUAH KONSTRIBUSI PSIKOLOGI MENUJU MASYARAKAT BERD
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.