Analisis Efisiensi Dan Nilai Tambah Agroindustri Cabai Jamu (Piper Retrofactum Vahl) Racikan

Fatmawati Fatmawati, Bambang Hermanto, Moh Kurdi

Abstract


Cabai jamu sudah dikenal sejak nenek moyang, dahulu cabai jamu ini digunakan sebagai bahan campuran atau bubuk masak. Selain digunakan sebagai bubuk masak cabai jamu ini digunakan nenek moyang sebagai jamu yang mereka racik sendiri dan dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Hingga pada tahun 1998 permintaan pasar akan cabai jamu ini semakin meningkat sehingga KH. Nur. Moh. Taqib berinisiatif untuk mengembangkan usaha cabai jamu ini menjadi cabai jamu yang siap saji, hal ini dilakukan karena menyikapi prilaku konsumen yang ingin menikmati cabai jamu ini dengan cara yang mudah. Dan agroindustri cabai jamu ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga pengolah cabai jamu itu sendiri dan juga masyarakat sekitar yang terlihat langsung dalam proses produksi cabai jamu ini.

Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu: 1) data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari pengusaha cabai jamu dengan menggunakan teknik wawancara, 2) data sekunder, adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yaitu pustaka-pustaka dan instansi terkait yang dapat menunjang penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa agroindustri cabai jamu racikan (kopi dan jamu) masih menggunakan alat-alat tradisional.

Berdasarkan hasil penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa :1) agroindustri cabai jamu racikan ,masih menggunakan alat-alat tradisional untuk mengolah atau memproduksi cabai jamu ini, argoindustri cabai jamu racikan ini mempunyai nilai tambah, hal ini di ketahui dari besarnya nilai tambah yaitu sebesar Rp. 57.153 per kg cabai jamu racik, agroindustri cabai jamu racik ini menguntungkan. Hal ini dapat diketahui dari besarnya keuntungan yang diterima produsen cabai jamu ini yaitu rata-rata sebesar Rp. 776.380 per proses produksi, dan penerimaan rata-rata sebesar Rp. 1.787.000, 2) agroindustri cabai jamu ini efisien dan menguntungkan, sehingga usaha ini potensial untuk dikembangkan menjadi agroindustri yang lebih besar, hal ini dapat dilihat dari perhitungan nilai R/C ratio > 1, yaitu sebesar 1,7.


Keywords


Efisiensi, Nilai Tambah, Cabe Jamu

References


Arsyad, Lincoln. 1991. Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFE

Badan Pusat Statistic.2010. Kabupaten Dalam Angka. BPS. Sumenep

Anonymous. 2003. Strategi Pembangunan Pertanian Sebuah Pemikiran Bar. Yogyakarta : LAPPERA Pustaka Utama

Supriyadi, 2003. Peranan Dalam Agroindustri.

Rismunandar, 1998.

D. Rachmawati. 2003. Analisa Studi Kelayakan Dan Pemasaran Cabai Jamu.

Tjitrosoepomo, 1991. Peranan Industri Rumah Tangga.

Baharsyah, S. 1992. Pengembangan Agribisnis Dan Agroindustri di Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dinas Perkebunan. 2010. Sedikit Uraian Cabai Jamu Dinas Perkebunan Tingkat Ii Sumenep.

James L. Pappas. 1995. Konsep Biaya/Ekonomi Mikro.

Mahfud, M.C dan D. Rachmawati. 1999. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Cabai Jamu. Materi Temu Lapang Budidaya Cabai Jamu di Kabupaten Sumenep.

Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian.

Kusnadi. 1999. Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya, Dan Penentuaan Harga Pokok. Bandung.

Nuraini. 2001. Biaya total.

Sri Octaviany. 2003. Analisis Jamu Tradisional Di Kabupaten Sumenep.

Soekartawi, 1993. Agribisnis Teori dan Aplikasi: PT. Raja Gravindo Persada.

Tambunan, T. 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil Di Indonesia. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Dinas Perkebunan. 2010. Proses Pasca Panen Cabai Jamu.

Agus GTK dkk, 2002.

Anonymus. 2003. Perbaikan Pendapatan Dalam Pengembangan Pertanian.

Sudiyono, A.2002. Konsep Nilai Tambah.

Baharsyah et, all.1992. Pemasaran Cabai Jamu Dalam Dwi Rakhmawati.2003.

Hayami et,all.1990. dalam Sudiyono A.2002.




DOI: https://doi.org/10.32528/jmbi.v7i2.5876

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats